Assalamualaikum teman-teman, apakabar? Semoga baik-baik yaa..
Kali ini, Cha akan berbagi cerita tentang wisata yang beda banget dari
wisata-wisata sebelumnya. Karena saat ini dunia sedang terjadi pandemi, begitu
pun Indonesia. Pasti banyak pro dan kontra tentang berlibur di masa pandemi
ini. Di sini Icha juga mau ngasih liat, seperti apa situasi kota-kota selain
Bandung dan Jogja, tempat tinggal Icha. Bagaimana kepatuhan masyarakat terhadap
upaya penurunan angka kesakitan covid-19.
Liburan ini Icha lakukan setelah berhenti kerja di Bandung. 4 hari di Bulan
Desember 2020. Ke Pulau Kelapa! Lombok!
Masa ini, seluruh moda transportasi mewajibkan para penumpangnya untuk
minimal melakukan Rapidtest serologi (darah) saat naik kendaraan tersebut.
Sebelum berangkat, Icha isolasi mandiri (isoman) dulu di mess selama 14 hari,
pas tu udah ngga kerja, jadi ngga jadi masalah. Rapidtest serologi (belum diberlakukan antigen) dilakukan sehari
sebelum berangkat dan menyertakan surat keterangannya.
Kamis, tanggal 10 Desember 2020
Perjalanan dimulai dari Bandung dengan naik travel Lintas jam 20.00 WIB
dengan harga Rp 250.000, berangkat dari Mall BTC/fashion pasteur , malem karena
biar ngga perlu nginep-nginep lagi sebelum terbang. Sampe Bandara Soekarno
Hatta pukul 03.00 WIB, hari Jumat. Karena Icha naik Lion Air, turun di terminal
2E. Jadwal pesawat 04.40 WIB tapi diundur 05.20 WIB, jadi daripada
tilang-tilung,kami langsung check in aja. For your information kalo Lion Air
sekarang udah ga free bagasi, jadi kalo mau travelling, bawa tasnya yang bisa
dibawa masuk kabin ya, tapi kalo mau ngluarin duit buat bagasi ya gapapa sih,
per kg Rp 50.000 an. Perjalanan Jakarta-Lombok memakan waktu 1 jam 50 menit. Tiba
di Bandara International Lombok pukul 08.00 WITA. Udah beda waktu 1 jam ya
teman-teman. Jangan lupa setting waktu di jam tangan dan handphone kalo belum
otomatis. Oiya tiket Lion Air ini dapet harga Rp 656.000. Untuk pulang menggunakan Citilink Rp 495.000.
Sesampainya di Bandara, Cha langsung menghubungi rental motor yang sudah
dibooking sebelumnya. Jadi saat di Lombok, full naik motor. Harga rental Beat
Rp75.000/hari dengan minimal rental 3 hari. Motor rental ini dianterin langsung
sama pemilik motor ke bandara, jadi lebih gampang buat kita.
Destinasi pertama, Cha menuju Pantai Tanjung Aan di Lombok Tengah.
Perjalanan dari Bandara sekitar 45 menit, 24 km. Jalan yang di lewati lumayan
bagus di awal, tapi memasuki kawasan Mandalika masih berdebu karena masih
pembangunan untuk akses sirkuit. Sepanjang perjalanan, kami melihat anak sekolah yang sekolah di sekolahnya. Hah gimana? iya, setau Cha anak sekolahan sekarang online class, tapi ternyata di Lombok mereka masuk sekolah. Dan nggak pake masker. Kaget. Cha pikir mungkin di Lombok nggak ada covid. Sessat sebelum memasuki kawasan pantai, jalan aspal mulai sedikit berlubang
dan masih banyak pohon, bisa ngliyat sapi yang digembala, monyet juga ada yang
sampe di tengah jalan gitu, hati-hati ya jangan sampe nyakitin monyetnya,
mereka cari makan aja kok.
Sebelum ke pantainya, kami ke Bukit Merese dulu, ini sekawasan sama pantai,
kalo bawa barang besar bisa kita titip ke penjaga di sana, ada semacam gubuk
retribusi gitu, bayar retribusi Rp 5000 aja. Di parkiran biasanya ada anak-anak
yang jual sovenir seperti kalung, gelang, iket, harganya cukup terjangkau. Naik
ke bukit jalan kaki lumayan engap kalo ngga biasa fisik. Dari atas kita bisa lihat
pantai Tanjung Aan.
Karena saat itu matahari di atas ubun-ubun, kami memutuskan untuk tidak ke
pantai, semlenget menn. Perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Mandalika, 8 km ke arah
barat. Nggak main ke pantai juga, cuma makan siang, nasi campur Rp 15.000.
Akses jalan ke Pantai Mandalika sangat baik, dan mudah dijangkau.
Perjalanan selanjutnya menuju Pantai Semeti. Dari Pantai Mandalika cukup jauh
dengan akses jalan naik turun dan berliku . Siapkan bahan bakar full tank. Icha
nggak tau salah jalan atau nggak, tapi nurut googlemap dan tanya ke warga sekitar,
udah bener. Ke Semeti ini aksesnya sulliiiit poll, setelah jalan raya, belok
kiri ke jalan kecil. Jalannya aspal sangat rusak, lalu jalan tanah pinggir
ladang gitu dan naik turun, jalan setapak kecil. Bahaya banget kalo hujan
karena licin banget. Petunjuk arah ada tapi masih minim. Saat menuju pantai ini
udah was was karena langit mulai mendung. Pas sampe sana bener aja ujan turun,
sedih banget huhu belum sempat menikmati. Kami buru-buru balik lagi karena
takut banget nggak bisa lewat lagi karena ujan deres, dan bener dong jalannya
becek banget licin, mana pas naik jalannya batu-batu. Huhu. Dari jalan raya ke
pantainya bisa 15 menit tapi karena baru pertama lewat situ jadi pelan-pelan
dan hati-hati banget takut jatoh. Balik naiknya lebih pelan lagi takut selip.
Menguras tenaga banget. Semoga nanti kalo ke sini lagi, jalannya sudah bisa
dilewati dengan mudah.
Kami menginap di sekitar Pantai Senggigi, Lombok Barat. Langsung aja cuss
ke hotel, cuaca lagi ngga bagus dan sepanjang perjalanan kami kehujanan dan
reja hujan reda hujan. Dari Semeti menuju hotel sejauh 70 km sekitar hampir 2
jam. Rencananya sekalian mau ketemu temen kuliah di Jogja dulu, tapi temennya
lagi hamil dan keadaan hujan, gagal deh ☹ . Kami melewati Kota Mataram. Kotanya
kecil, tapi lengkap ada mall, berderet dinas-dinas pemerintahan. Rasanya nyaman
gitu melewati jalan yang diguyur hujan. Menuju kawasan senggigi jalannya naik turun
dan kanan kiri jalan banyak hotel. Tapi suasananya sepiii sekali,belum banyak
wisatawan, ketemu turis manca cuma 1 2 orang aja. Sampe hotel udah jam 16.00
WITA dan masih hujan. Langsung beres-beres dan mengamankan baju yang kuhujanan
huhu. Karena udah cape perjalanan, malemnya ngga kemana-mana dan makan di hotel
aja.
Sabtu , 12 Desember 2020
Pagi-pagi sebelum sarapan berenang dulu, karena ga banyak yang nginep, kami
berani ke kolam, dan saat itu cuma berdua aja. Selesai beberes, pergi keluar cari makan Rp 40.000,sambil
cari-cari spot menarik buat pepotoan haha. Karena ngga tau Pantai
Senggigi,jadilah berenti di mana aja yang bagus. Kami ini menginap di Diva Lombok Hotel dengan
harga Rp 200.000an dan makan berdua Rp 60.000 an. Fasilitas lengkap, air anget
ada, kolam ada, makanan enak, pinjem setrika gratis, hehe.
Sampe di Gili Trawangan kami menuju Masjid sekalian solat Dhuhur. Saat
turun kapal, temen-temen akan banyak yang menawarkan penginapan, andong, dan sepeda.
Kenapa andong dan sepeda? Di sini nggak ada kendaraan bermotor, ada motor listrik tapi punya
pegawai hotel. Setelah solat, kami baru nyari hotel karena belum booking. Oiya aku
saranin kalo mau pesen hotel mending langsung aja, jangan di aplikasi pemesanan
hotel. Karena banyak hotel di Gili yang tutup, tapi di aplikasi masih tersedia.
Ngga usah takut ngga ketemu hotel, karena malahan Cha belum nemu rumah warga. Pinggir pantai semuaaa hotel. Walaupun ots harganya sangat-sangat terjangkau kok, cuma ya
sepi aja karena ga banyak wisatawan. Bahkan Nana, hotelnya berbintang, katanya
penghuninya cuma mereka berdua aja. Cha sendiri ambil ots hotel seharga Rp 200.0000
/malam (harga di aplikasi hotel lebih murah), tempatnya pas di pinggir pantai. Situasi di Gili sepiiii sekali. Ngga
ada turis mancanegara, ngga kaya di tv biasanya. Ngga banyak yang snorkling,
bisa dihitung jari. Pandemi merubah keadaan banget sih. Harga sewaan sepeda
yang biasanya Rp 50.000/hari, ditawarin Rp 25.000 aja. Hotel-hotel di dalem
pada tutup, klinik kesehatan pun.
Sore hari kami berempat bersepeda keliling Gili, setengah keliling sih soalnya gerimis dan ternyata luas hahaha jalannya ngga aspal, dan menjelang magrib juga. Banyak cafe-cafe, pizza,ice cream, seafood, toko-toko pernak-pernik, warung makan biasa juga ada. Malem hari nya kami cari makan di nite market (kata orang) . Di sini orang jual makanan macem-macem, ada seafood, ada nasi campur, ada ayam goreng. Pas tu kami makan nasi campur Rp 15.000.
Niat hati sih ingin menikmati malam di Gili, biasanya kalo main-main gini
ngga tidur, tapi karena malam semakin larut dan sepi, lampu-lampu ngga seterang
hari normal, jadi kami pulang ke hotel masing-masing.
Minggu, 13 Desember 2020
Pagi hari, jalan-jalan aja di pantai, niat hati pengen mandi dan berlama-lama, snorkling, bebakaran, tapi waktu liburnya kurang lama, huhu. Oiya snorkling yang biasanya bisa perorangan cuma Rp 80.000-100.000/person , sekarang hanya melayani privat Rp 400.000 an.
Setelah sarapan, Cha berdua jalan menuju pelabuhan untuk kembali ke Bangsal. Harga tiket masih sama Rp 15.000. Suatu saat aku akan kembali, saat dunia sudah baik-baik saja. Perahu berangkat pukul 09.30 WITA. Sesampai Bangsal kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Sade, Lombok Tengah, 70 km jauhnya, dengan lama perjalanan 2 jam.
Desa Sade ini tak jauh dari Bandara Int Lombok, searah dengan Pantai Mandalika. Desa Sade sudah menerapkan prokes ya teman-teman, jadi wajib buat kalian yang dateng ke sini juga menjaga.
Desa ini desa adat yang masih asli, karena ada beberapa desa adat yang dibuat. Ketika teman-teman memasuki kawasan ini biasanya akan dipandu oleh warga lokal. Pas dateng, kami disambut dengan tarian Paresean, tarian pedang pukul-pukulan pake rotan gitu.
Kalo di Bali kita kenal “bli” di sini kita kenal “semeton” untuk menyebut sodara laki-laki. Desa Sade terdiri dari 150 rumah yang masih satu trah. Tidak boleh bertambah rumahnya, kalo ada yang menikah, dan ingin punya rumah, harus keluar Sade. Rumah-rumah adat di sini lantainya terbuat dari kotoran kerbau yang dicampur sedikit air, tapi nggak bau loh. Tembok dari anyaman bambu dan atap dari ijuk. Nah di Desa Sade ini, kalo ada yang ingin menikah sesama Sade, anak laki-laki harus menculik perempuan yang akan diajaknya menikah, tanpa sepengetahuan keluarga perempuan. Menculik hanya istilah saja, dibawa lari 1 malam, untuk diniikahi besoknya. Para warga di sini wajib bisa menenun, dan mereka berjualan hasil kerajinan di rumah-rumah nya. Harga bervariasi mulai Rp 5.000 sampe ratusan ribu. Kalo temen-temen mau beli oleh-oleh asli Lombok, di sini oke banget.
Pemandu ini bisa kalian kasih tips seikhlasnya. Cha kemarin keliling 2 jam, ngga kerasa, banget.
Karena jam 4 WITA pesawat Cha flight ke Jakarta, terpaksa harus kembali ke
Bandara Int Lombok. Next time, i wish can goback here. Belum ke Sembalun :D
Tunggu trip selanjutnya!! Cha akan cerita keseruannya!